Penjelajah Waktu
Cerpen karya: Adriel P. Azrai
(March 26, 2015, 12:06 pm)
http://www.lonelyplanet.com/scotland/edinburgh/images/holyrood-park-19429-33 |
Petang menjelang saat tubuh lunglai kami mendaki puncak
bukit Arthur’s Seat yang berada di jantung kota tua Edinburgh, Skotlandia.
Bukit vulkanik inaktif ini dipercaya menjadi tempat kontemplasi Arthur, raja
bangsa Celts dahulunya. Kabut tebal mulai turun, tipikal cuaca Inggris dan
Skotlandia, yang membatasi jarak pandang. Cuaca sore itu susah diprediksi. Aku
dan mama berharap dapat mencapai puncak sebelum hujan. Kami naik siang hari dari
timur dimana datarannya landai dan masih dapat dicapai dengan berjalan kaki.
From www.thousandwonders.net (Photo by Michael Day) |
Bukitnya tinggi, sebuah benteng alami, tapi
pemandangan di bukit yang masih termasuk bagian dari Holyrood Park itu sangat
indah. Bunga Gorse kuning yang bertebaran seperti bersinar menemani, menghangatkan
kami yang mulai kedinginan. Satu hal yang patut disyukuri adalah klimaks ziarah
‘gila’ ini dilakukan dimusim semi.
“Sini aku bawa tasnya. Mama sudah keliatan capek
sekali”, kataku sembari menarik tas selempang batik mama dan menaruhnya di
bahuku.
Beban tasnya itu kupikir tak seberat beban yang
dipikulnya selama membesarkanku, dan hari ini dia tetap menemaniku dalam
perjalanan ke Inggris, hadiah dari kompetisi menulis cerpen. Bagiku ini liburan
tetapi baginya adalah kebahagiaan untuk bisa ‘mengurusku’. Mungkin aku harus
mulai memberi penghormatan lebih pada mama dari sekedar pujian verbal.
“Mama bingung kenapa kamu harus keras kepala, kenapa
tidak bisa seperti kakak-kakakmu, kenapa percaya kalau kamu bukan anak biasa
hanya dari kesimpulan aneh yang ditarik dari mimpi-mimpi selama kamu tidur di
perpustakaan kakekmu dulu? Seaneh keputusanmu untuk masuk Sastra Inggris. Demi
Tuhan, kamu bukanlah reinkarnasi dari siapapun dulunya. Bukan raja bangsa Celts,
ksatria Saxon, pejuang Skotlandia, juga Duke of Wellington yang mengalahkan
Napoleon di Waterloo. Kamu tak perlu kesini untuk mencari jati diri. Kamu anak
mama, dan mama cukup bersyukur karenanya”, protesnya memecah diam.
“Maa...CREATIVITY IS GREAT, you can make something
out of nothing. Mimpiku ke Inggris tercapai karena modalku menulis dengan bekal
kreativitas, dibantu khayalan-khayalanku,” aku menyanggah.
“Ide! Kreativitas, ide, dan doa ibumu yang
membawamu kesini! Ide mengantarmu ke cita-citamu; khayalan membawamu ke alam
antah-berantah. Jangan membuat mama sedih dengan berkata seperti itu lagi. Di
puncak nanti kamu harus tinggalkan khayalan itu dan pulang sebagai anak ibu tua
ini lagi, tolong!” pintanya.
Aku coba untuk tak mengacuhkan kata-katanya tadi
karena itu sedikit-banyak mulai menggoyahkan fondasi keyakinanku akan visi-visi
gaib yang kulihat di mimpi masa kecilku. Pikiranku mulai mundur ke hari pertama
aku memenangkan kompetisi ini sampai hari keberangkatan
http://www.lonelyplanet.com/england/london/images/houses-parliament-LPT0112_017 |
Kami tak pernah menyangka kalau bisa ke Inggris. Kami tiba di bandara Heathrow, London, pagi hari. Setibanya aku dan mama disambut panitia penyelenggara yang akan mengantar kami ke hotel. Diluar bandara hatiku berdegup kencang bahagia. Ini udara Inggris...Ini tanah Inggris! Aku berada ditempat lain, bukan di Jakarta tercinta, tetapi tempat yang pernah dekat dengan ingatanku dan novel-novel yang kubaca waktu kuliah. London, ibukota seni, sejarah, dan budaya dunia! Aku dan mamaku bukan orang yang mampu. Liburan macam ini jauh dari ekspektasi orang ‘seperti kami’. Liburan ini juga yang telah membuka kotak masa lalu akan reinkarnasi. Kupercaya kebenaran akan segera terungkap!
Tur kami seperti maraton 7 hari, meliputi London
dan Edinburgh. Di London kami mengunjungi banyak tempat seperti Shakespeare’s Globe
theatre yang digunakan oleh Shakespeare mementaskan karya-karya agungnya, lalu
Tower of London, Westminster Abbey, British Museum, makan Fish and Chips di The
Fish House of Notting Hill, dilanjutkan ke Houses of Parliament, dan Buckingham
Palace yang menjadi main attraction-nya London. Memang perjalanan yang hebat!
Kami juga merasakan getaran masa lalu di tempat-tempat bersejarah yang kami
kunjungi.
http://www.lonelyplanet.com/england/london/images/national-gallery-43d39a57d63adf913aff21e469f8bf84 |
Tapi, siapa diriku di masa lalu? Aku dipenuhi
kebahagiaan tetapi apa makna dari mimpi-mimpiku? Apakah aku pernah hidup
sebagai pribadi yang lain? Raja seperti Arthur? Ksatria seperti Ivanhoe? Atau Jenderal
hebat Wellington? Masa lalu tetap membisu, hening seperti kubur Dickens di
Westminster Abbey. Keadaan ini mempengaruhi mood perjalanan di Edinburgh seolah
tidak ada yang spesial disini disamping belanja Tartan dan pajangan untuk
suvenir. Lalu datanglah sebuah bisikan untuk mendaki keatas Arthur’s Seat
malamnya. Ada apa diatas sana selain bebatuan?
http://www.realedinburgh.co.uk/ |
_____________________
http://www.thousandwonders.net/Arthur%27s+Seat?q=arthur%27s+seat (Photo by Pho) |
“Kamu kok melamun?”
“Kita sudah sampai!” kata mama.
Sepertinya kami jalan cukup jauh. Kabut menebal
disekitar kami. Langit gelap dan guruh terdengar. Mama menggandengku dan menyemangati.
Kami berpapasan dengan beberapa turis yang sudah meninggalkan puncak bukit yang
ternyata hanya berjarak beberapa meter lagi didepan kami!
“Kita sampai, maa!” seruku kegirangan.
Ketika kami sampai puncak, Arthur’s Seat kosong
melompong, hanya ada seorang tunawisma berselimut abu-abu kotor yang sedang
beristirahat. Aku berjalan memutar dan melihat seluruh kota dari satu titik.
http://www.lonelyplanet.com/scotland/edinburgh/images/edinburgh-castle-25818-144 |
http://www.redbubble.com/people/marta69/works/5058512-dark-sky-over-arthurs-seat (Photo by Marta69) |
Aku diam merenung sejenak dan berbalik kearah mama.
“Ayo pulang, hujan akan turun dan tak ada Arthur
disini.”
“Kamu tidak apa-apa?” sembari menepuk dadaku yang
dipenuhi kesedihan.
“Ya. Saatnya pulang, ma. Aku tidak apa-apa.”
Ternyata hujan turun awal dan mulai membasahi
bukit batu itu. Anehnya airnya begitu hangat jatuh di wajah kami, lalu kabut
menghilang perlahan.
“Arthur was here and I knew him!” Suara berat datang
dari belakang kami. Si tunawisma berdiri dan selimutnya berubah kehijauan terang
terkena hujan.
Kami berbalik dan terkejut melihatnya. Seorang
ksatria tua dengan jubah hijau ada dihadapan kami.
“Sss-siapa... who and what are you?” Seruku takut
sambil memegang mama yang hampir pingsan.
“I am nobody, I have lived very long to understand
many languages, spoken and unspoken, including yours. Beberapa bangsa
memanggilku Green Man dan aku yang mengundangmu untuk menenangkan hatimu dan
menjawab pertanyaanmu.”
“Aku p-p-pernah membaca tentangmu,” jawabku.
“Aku pernah membaca hampir semua buku, hampir,”
balasnya.
“Kau t-t-tahu siapa aku di masa lalu?”
“Aku tahu kamu dan anak-anak sepertimu. Arthur punya
banyak mimpi dan tekad sepertimu, Wellington juga. Tetapi kamu adalah kamu dan
memiliki kesempatan yang sama seperti mereka juga. Frekuensi jiwamu, melampaui
ruang dan waktu, menyentuh frekuensi mereka ketika kau memiliki mimpi dan tekad
yang sama. Kamu akan menjadi lebih besar dari mereka, seperti yang kamu bilang
tadi siang ‘CREATIVITY IS GREAT, you can make something out of nothing.’ Raih
mimpi-mimpimu dan arahkan nasibmu sesuai harapanmu. Anakku, pulanglah bersama
ibumu, aku akan selalu bersamamu ketika kamu melakukan hal yang benar,” seraya
menuruni bukit dan menghilang.
Untuk sesaat kami terdiam, kugandeng mama, dan
mengarah pulang. Dalam diam ku membathin, mungkin ini adalah alasanku kesini.
*Cerita dan cerpen ini adalah sebuah karya fiksi yang ditulis dalam rangka mengikuti kompetisi cerpen Creativity is
Great yang diselenggarakan oleh penerbit Fantasious bekerja sama dengan British Embassy Jakarta. Sampai saat karya ini ditulis penulis belum pernah sekalipun pergi ke Inggris maupun ke Skotlandia. Bahan materi yang digunakan berasal dari buku-buku bacaan penulis semasa kecil dan sebagian lagi dari buku travelling yang dikoleksi sewaktu SD. Semoga karya ini menjadi sebuah bentuk doa dimana suatu saat nanti penulis dapat merealisasikan perjalanannya ke tempat-tempat yang disebut didalam cerpen ini. Untuk detail kompetisi
cerpen Fantasious dapat dilihat di laman Facebook resmi Fantasious Indonesia berikut:
No comments:
Post a Comment