Sunday, 28 June 2015

Cerpen "Penjelajah Waktu" oleh Adriel P. Azrai

Penjelajah Waktu
Cerpen  karya: Adriel P. Azrai
(March 26, 2015, 12:06 pm)



http://www.lonelyplanet.com/scotland/edinburgh/images/holyrood-park-19429-33

Petang menjelang saat tubuh lunglai kami mendaki puncak bukit Arthur’s Seat yang berada di jantung kota tua Edinburgh, Skotlandia. Bukit vulkanik inaktif ini dipercaya menjadi tempat kontemplasi Arthur, raja bangsa Celts dahulunya. Kabut tebal mulai turun, tipikal cuaca Inggris dan Skotlandia, yang membatasi jarak pandang. Cuaca sore itu susah diprediksi. Aku dan mama berharap dapat mencapai puncak sebelum hujan. Kami naik siang hari dari timur dimana datarannya landai dan masih dapat dicapai dengan berjalan kaki.


From www.thousandwonders.net (Photo by Michael Day)

Bukitnya tinggi, sebuah benteng alami, tapi pemandangan di bukit yang masih termasuk bagian dari Holyrood Park itu sangat indah. Bunga Gorse kuning yang bertebaran seperti bersinar menemani, menghangatkan kami yang mulai kedinginan. Satu hal yang patut disyukuri adalah klimaks ziarah ‘gila’ ini dilakukan dimusim semi.
“Sini aku bawa tasnya. Mama sudah keliatan capek sekali”, kataku sembari menarik tas selempang batik mama dan menaruhnya di bahuku.
Beban tasnya itu kupikir tak seberat beban yang dipikulnya selama membesarkanku, dan hari ini dia tetap menemaniku dalam perjalanan ke Inggris, hadiah dari kompetisi menulis cerpen. Bagiku ini liburan tetapi baginya adalah kebahagiaan untuk bisa ‘mengurusku’. Mungkin aku harus mulai memberi penghormatan lebih pada mama dari sekedar pujian verbal.
“Mama bingung kenapa kamu harus keras kepala, kenapa tidak bisa seperti kakak-kakakmu, kenapa percaya kalau kamu bukan anak biasa hanya dari kesimpulan aneh yang ditarik dari mimpi-mimpi selama kamu tidur di perpustakaan kakekmu dulu? Seaneh keputusanmu untuk masuk Sastra Inggris. Demi Tuhan, kamu bukanlah reinkarnasi dari siapapun dulunya. Bukan raja bangsa Celts, ksatria Saxon, pejuang Skotlandia, juga Duke of Wellington yang mengalahkan Napoleon di Waterloo. Kamu tak perlu kesini untuk mencari jati diri. Kamu anak mama, dan mama cukup bersyukur karenanya”, protesnya memecah diam.
“Maa...CREATIVITY IS GREAT, you can make something out of nothing. Mimpiku ke Inggris tercapai karena modalku menulis dengan bekal kreativitas, dibantu khayalan-khayalanku,” aku menyanggah.
“Ide! Kreativitas, ide, dan doa ibumu yang membawamu kesini! Ide mengantarmu ke cita-citamu; khayalan membawamu ke alam antah-berantah. Jangan membuat mama sedih dengan berkata seperti itu lagi. Di puncak nanti kamu harus tinggalkan khayalan itu dan pulang sebagai anak ibu tua ini lagi, tolong!” pintanya. 
Aku coba untuk tak mengacuhkan kata-katanya tadi karena itu sedikit-banyak mulai menggoyahkan fondasi keyakinanku akan visi-visi gaib yang kulihat di mimpi masa kecilku. Pikiranku mulai mundur ke hari pertama aku memenangkan kompetisi ini sampai hari keberangkatan

http://www.lonelyplanet.com/england/london/images/houses-parliament-LPT0112_017

Kami tak pernah menyangka kalau bisa ke Inggris. Kami tiba di bandara Heathrow, London, pagi hari. Setibanya aku dan mama disambut panitia penyelenggara yang akan mengantar kami ke hotel. Diluar bandara hatiku berdegup kencang bahagia. Ini udara Inggris...Ini tanah Inggris! Aku berada ditempat lain, bukan di Jakarta tercinta, tetapi tempat yang pernah dekat dengan ingatanku dan novel-novel yang kubaca waktu kuliah. London, ibukota seni, sejarah, dan budaya dunia! Aku dan mamaku bukan orang yang mampu. Liburan macam ini jauh dari ekspektasi orang ‘seperti kami’. Liburan ini juga yang telah membuka kotak masa lalu akan reinkarnasi. Kupercaya kebenaran akan segera terungkap!
Tur kami seperti maraton 7 hari, meliputi London dan Edinburgh. Di London kami mengunjungi banyak tempat seperti Shakespeare’s Globe theatre yang digunakan oleh Shakespeare mementaskan karya-karya agungnya, lalu Tower of London, Westminster Abbey, British Museum, makan Fish and Chips di The Fish House of Notting Hill, dilanjutkan ke Houses of Parliament, dan Buckingham Palace yang menjadi main attraction-nya London. Memang perjalanan yang hebat! Kami juga merasakan getaran masa lalu di tempat-tempat bersejarah yang kami kunjungi.


http://www.lonelyplanet.com/england/london/images/national-gallery-43d39a57d63adf913aff21e469f8bf84

Tapi, siapa diriku di masa lalu? Aku dipenuhi kebahagiaan tetapi apa makna dari mimpi-mimpiku? Apakah aku pernah hidup sebagai pribadi yang lain? Raja seperti Arthur? Ksatria seperti Ivanhoe? Atau Jenderal hebat Wellington? Masa lalu tetap membisu, hening seperti kubur Dickens di Westminster Abbey. Keadaan ini mempengaruhi mood perjalanan di Edinburgh seolah tidak ada yang spesial disini disamping belanja Tartan dan pajangan untuk suvenir. Lalu datanglah sebuah bisikan untuk mendaki keatas Arthur’s Seat malamnya. Ada apa diatas sana selain bebatuan?


http://www.realedinburgh.co.uk/
_____________________


http://www.thousandwonders.net/Arthur%27s+Seat?q=arthur%27s+seat (Photo by Pho)


“Kamu kok melamun?”
“Kita sudah sampai!” kata mama.
Sepertinya kami jalan cukup jauh. Kabut menebal disekitar kami. Langit gelap dan guruh terdengar. Mama menggandengku dan menyemangati. Kami berpapasan dengan beberapa turis yang sudah meninggalkan puncak bukit yang ternyata hanya berjarak beberapa meter lagi didepan kami!
“Kita sampai, maa!” seruku kegirangan.
Ketika kami sampai puncak, Arthur’s Seat kosong melompong, hanya ada seorang tunawisma berselimut abu-abu kotor yang sedang beristirahat. Aku berjalan memutar dan melihat seluruh kota dari satu titik.




http://www.lonelyplanet.com/scotland/edinburgh/images/edinburgh-castle-25818-144

http://www.redbubble.com/people/marta69/works/5058512-dark-sky-over-arthurs-seat (Photo by Marta69)

Aku diam merenung sejenak dan berbalik kearah mama.
“Ayo pulang, hujan akan turun dan tak ada Arthur disini.”
“Kamu tidak apa-apa?” sembari menepuk dadaku yang dipenuhi kesedihan.
“Ya. Saatnya pulang, ma. Aku tidak apa-apa.”
Ternyata hujan turun awal dan mulai membasahi bukit batu itu. Anehnya airnya begitu hangat jatuh di wajah kami, lalu kabut menghilang perlahan.
“Arthur was here and I knew him!” Suara berat datang dari belakang kami. Si tunawisma berdiri dan selimutnya berubah kehijauan terang terkena hujan.
Kami berbalik dan terkejut melihatnya. Seorang ksatria tua dengan jubah hijau ada dihadapan kami.
“Sss-siapa... who and what are you?” Seruku takut sambil memegang mama yang hampir pingsan.
“I am nobody, I have lived very long to understand many languages, spoken and unspoken, including yours. Beberapa bangsa memanggilku Green Man dan aku yang mengundangmu untuk menenangkan hatimu dan menjawab pertanyaanmu.”
“Aku p-p-pernah membaca tentangmu,” jawabku.
“Aku pernah membaca hampir semua buku, hampir,” balasnya.
“Kau t-t-tahu siapa aku di masa lalu?”
“Aku tahu kamu dan anak-anak sepertimu. Arthur punya banyak mimpi dan tekad sepertimu, Wellington juga. Tetapi kamu adalah kamu dan memiliki kesempatan yang sama seperti mereka juga. Frekuensi jiwamu, melampaui ruang dan waktu, menyentuh frekuensi mereka ketika kau memiliki mimpi dan tekad yang sama. Kamu akan menjadi lebih besar dari mereka, seperti yang kamu bilang tadi siang ‘CREATIVITY IS GREAT, you can make something out of nothing.’ Raih mimpi-mimpimu dan arahkan nasibmu sesuai harapanmu. Anakku, pulanglah bersama ibumu, aku akan selalu bersamamu ketika kamu melakukan hal yang benar,” seraya menuruni bukit dan menghilang.
Untuk sesaat kami terdiam, kugandeng mama, dan mengarah pulang. Dalam diam ku membathin, mungkin ini adalah alasanku kesini.



*Cerita dan cerpen ini adalah sebuah karya fiksi yang ditulis dalam rangka mengikuti kompetisi cerpen Creativity is Great yang diselenggarakan oleh penerbit Fantasious bekerja sama dengan  British Embassy Jakarta. Sampai saat karya ini ditulis penulis belum pernah sekalipun pergi ke Inggris maupun ke Skotlandia. Bahan materi yang digunakan berasal dari buku-buku bacaan penulis semasa kecil dan sebagian lagi dari buku travelling yang dikoleksi sewaktu SD. Semoga karya ini menjadi sebuah bentuk doa dimana suatu saat nanti penulis dapat merealisasikan perjalanannya ke tempat-tempat yang disebut didalam cerpen ini. Untuk detail kompetisi cerpen Fantasious dapat dilihat di laman Facebook resmi Fantasious Indonesia berikut:


#creativityisgreat  #britishembassy #britishembassyjakarta #fantasious 




No comments:

Post a Comment